INDRAGIRI HULU, CEPASIA.ID- Langit senja masih menyisakan cahaya keemasan ketika angin lembut membelai dedaunan sawit di hamparan tanah Peranap. Di desa kecil bernama Gumanti, suara takbir bergema, menyatu dengan desiran angin yang membawa wangi tanah basah selepas hujan. Hari itu, sebuah peristiwa besar akan tercatat dalam sejarah. Bukan hanya tentang peresmian sebuah bangunan, tetapi tentang lahirnya sebuah harapan baru.
Jejak Cahaya di Peranap
Masjid Al-Hijrah berdiri kokoh, menyambut tamu-tamu yang datang dengan penuh takzim. Kubahnya berkilau, memantulkan cahaya bulan yang mulai menampakkan wajahnya. Di depan masjid itu, berdiri seorang pria dengan sorot mata teduh, senyum yang tak dibuat-buat, dan langkah yang penuh keteguhan. Dialah Deddy Handoko Alimin, sosok yang namanya telah melekat di hati banyak orang. Bukan sekadar seorang pengusaha, tetapi seorang pahlawan bagi masyarakat Riau, khususnya Indragiri Hulu.
Hari itu, Bupati Indragiri Hulu meresmikan Masjid Al-Hijrah. Namun, lebih dari itu, masyarakat merayakan kehadiran seorang dermawan yang telah menorehkan jejak kebaikan di tanah mereka. Deddy Handoko Alimin, yang akrab disapa DH, bukan hanya membangun masjid, tetapi juga menanamkan makna bahwa kepedulian adalah warisan paling abadi yang bisa diberikan seseorang kepada tanah kelahirannya.
Sebuah Perjalanan, Sebuah Cinta
DH bukanlah pria yang lahir dalam kenyamanan tanpa perjuangan. Jalan yang ia tempuh penuh liku, penuh badai, penuh ujian. Namun, seperti besi yang ditempa api, ia semakin kokoh, semakin tajam dalam visi dan langkahnya.
Ketika PT Sinar Peranap Perkasa (SPP) berada di ujung kehancuran, ia datang bukan untuk mengambil alih demi kepentingan pribadi, tetapi untuk menghidupkan kembali harapan. Lewat jalur lelang, ia menggenggam perusahaan yang sebelumnya dikuasai oleh PT Mentari yang pailit. Dalam waktu singkat, ia bukan hanya menyelamatkan perusahaan, tetapi juga membuka jalan bagi ratusan keluarga yang bergantung pada roda ekonomi yang ia putar.
Namun, DH tidak pernah melihat keberhasilannya hanya dari sisi bisnis. Baginya, menjadi kaya bukan soal memiliki banyak, tetapi tentang memberi lebih banyak.
Saat orang-orang bertanya, mengapa membangun masjid sebelum perusahaannya sepenuhnya stabil? Ia hanya tersenyum. Karena baginya, rezeki yang berkah bukan tentang jumlah, tetapi tentang kebermanfaatan.
“Langit tidak pernah meminta balasan atas hujan yang ia turunkan. Begitu pula dengan kebaikan. Ia harus mengalir tanpa menunggu pamrih,” ujar DH dalam satu kesempatan, dengan ketenangan seorang bijak.
Kebaikan yang Membentang Luas
Masjid Al-Hijrah bukanlah satu-satunya jejak kebaikan yang ditinggalkan DH. Tangannya telah menjangkau lebih jauh dari sekadar batu bata dan semen. Ia membantu petani yang terhimpit kesulitan, membuka lapangan kerja bagi mereka yang kehilangan penghidupan, dan merangkul masyarakat kecil yang nyaris terabaikan.
Bagi masyarakat Riau, ia lebih dari sekadar pengusaha. Ia adalah seorang pahlawan. Bukan dengan pedang dan bendera perang, tetapi dengan ketulusan dan kepedulian.
Kini, di bulan Ramadhan yang suci, di malam yang diselimuti cahaya keberkahan, Masjid Al-Hijrah menjadi simbol dari perjuangan dan pengorbanan. Bukan hanya tentang Deddy Handoko Alimin, tetapi tentang bagaimana satu kebaikan bisa melahirkan ribuan doa, bagaimana satu kepedulian bisa menjadi nyala bagi banyak kehidupan.
Langit Peranap semakin pekat, tetapi masjid itu tetap bersinar. Suara adzan menggema, menyentuh hati setiap insan yang mendengarnya. Dan di antara mereka, ada seorang pria yang tetap melangkah dengan tenang, membiarkan jejaknya tertinggal di tanah ini sebagai bukti bahwa cahaya seorang manusia tidak pernah benar-benar padam, selama ia menyalakan cahaya bagi sesamanya, ialah sang dermawan Riau Deddy Handoko Alimin.