Example floating
Example floating
Aksi DemonstrasiAktivisPekanbaru

BALAPATISIA Akan Demo Wali Kota Pekanbaru, Cep Permana Galih Pimpin Langsung Gerakan

48
×

BALAPATISIA Akan Demo Wali Kota Pekanbaru, Cep Permana Galih Pimpin Langsung Gerakan

Sebarkan artikel ini

PEKANBARU, CEPASIA.ID- Barisan Lantang Para Aktivis Indonesia (BALAPATISIA) akan terus berseru, meski luka mengalir di jalanan kota ini, Pekanbaru kembali akan bergemuruh. Pada Kamis, 17 April 2025 mendatang, ratusan massa dari BALAPATISIA (Barisan Lantang Para Aktivis Indonesia) akan memadati halaman Gedung DPRD Kota Pekanbaru. Bukan sekadar orasi—ini adalah jeritan nurani, protes batin, dan perlawanan moral terhadap wajah kebijakan yang kian menjauh dari denyut nadi rakyat.

Hujan datang membawa genangan, seperti biasa. Banjir sudah menjadi teman setia setiap tetes hujan yang jatuh. Jalan rusak masih berserak, menjadi ranjau bagi anak sekolah dan buruh yang mengayuh pagi. Namun pejabat di atas sana, justru memilih kenyamanan dalam kabin mewah. Toyota Alphard seharga 1,7 miliar untuk Walikota. Kendaraan dinas 3,5 miliar untuk pimpinan DPRD. Sementara rakyat dihimbau untuk bersabar dan berhemat di tengah defisit anggaran.

Tarif parkir diturunkan bukan sebagai bentuk cinta kepada rakyat—tetapi sekadar drama panggung pencitraan. Jika cinta benar-benar nyata, gratiskanlah parkir, terutama di tempat seperti Indomaret dan Alfamart, yang kini menjamur seperti cendawan rakus, menekan napas UMKM lokal hingga sesak tak bersisa. Di kota ini, tak terhitung gerai waralaba itu—sementara satu saja tak tersisa ruang untuk warung kecil rakyat bertahan.

Sampah menumpuk seperti simbol kelalaian. Aroma tak sedap itu bukan hanya dari tumpukan plastik—tapi juga dari mental birokrasi yang bebal dan tak tahu malu.

Proyek tunda bayar pun tak kunjung diselesaikan. Para kontraktor menjerit, setelah menyelesaikan pekerjaan, justru ditinggal tanpa kepastian. Dimana etika? Dimana hati nurani?

Cep Permana Galih, Ketua Umum BALAPATISIA sekaligus Koordinator Aksi, menyampaikan dengan tegas:

“Kami akan terus bersuara, walau kami tahu suara kami bisa menggores luka. Kami tak akan mundur, meski darah harus tumpah di aspal kota ini. Kami berdiri untuk keadilan, karena keadilan bukan hadiah, melainkan sesuatu yang harus diperjuangkan dengan pengorbanan. Jika penguasa tuli, maka suara rakyat akan menggema hingga langit pun terbelah.”

Aksi ini adalah jilid pertama. BALAPATISIA akan turun berjilid-jilid, jika suara rakyat terus dikebiri dan dijadikan sekadar statistik belaka.

Walikota dengan gaya hidup hedon bukanlah cerminan seorang pelayan masyarakat. Di tengah rakyat yang mengencangkan ikat pinggang, ia justru melonggarkan kerah kenyamanannya.

Pekanbaru harus bangkit! Rakyat harus kembali berdaulat atas ruang hidupnya, bukan sekadar menjadi penonton di kota yang semakin dikomersialisasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *